Home > sekitarku > Si Dokter 10 Juta ( Part. 2 )

Si Dokter 10 Juta ( Part. 2 )


” Haaa..h ??? ” Tiba tiba kantukku lenyap ” trus ? ”

…….
Beberapa waktu lalu adikku memang pernah nelpon,
” Sist, aku diajakin teman ikut UM UNSOED di sekolah, lumayan itung2 TO / latihan SPMB. Aku ambil teknik elektro, tapi aku bingung pilihan keduanya. ”
” Emang ada teknik apalagi ? ”
” Sipil sama Geodesi ”
” Ga ada Teknik Fisika ? ”
” Ga. Sipil aku gak bisa gambar, geodesi aku ga ngerti ”
Aku punya temen anak geodesi sih, tapi aku juga ga ngerti kuliahnya apaan.
” Jurusan lainnya ? Kalo MIPA ? ”
” Aku gak ngerti dan ga tertarik jurusan2 lainnya. Temen2ku sih pada ngambil Kedokteran sama Farmasi ”
” Ya udah ambil kedokteran juga aja ”
” Ga mau…aku ga tertarik ”
” Belum tentu lulus juga kali, yang penting melengkapi formulir ”

Saat itu aku cuma nyeletuk, lagipula rasanya ga mungkin dia dapet di kedokteran, trackrecord prestasi biasa aja, hapalannya kacrut minta ampun, liat tikus aja nangis, juga suka panikan.

…….

“Sist, ternyata aku malah dapet…di kedokteran…” lanjut adikku

hihihi (piss…jangan salahkan aku)

” proses selanjutnya adalah psikotes dan wawancara ”

( cerita versi adikku )

Kemarin aku sama bapak ke Purwokerto untuk psikotes dan wawancara. Dari sekolahku ada 5 orang

Aku baru memberi tahu kelulusan ke orangtua ketika ada panggilan psikotes dan wawancara, tadinya juga itu cuma ‘laporan’ aja, karena merasa orangtua tidak akan merespon dan aku sendiri tidak bersungguh2 berniat untuk menjalani proses lanjutan tersebut.

-Adikku sepertinya masih sedang dalam euphoria karena ortu mengizinkan SPMB ke ITB-

Awalnya orangtua hanya menanggapi sambil lalu, ” Walaupun lulus tes, dari mana biayanya. Kok ya aneh2 aja, kalo pilih jurusan tuh sesuaikan dengan keadaan kita ” kurang lebih begitu lah.

Apalagi ketika aku memberi tahu bahwa tahun lalu uang masuknya aja minimal 60 juta, Mamah nangis, ” Dek, uang 60 juta dari mana ? walaupun seluruh harta bapak dijual sama bapak2nya ga akan cukup. Kalopun bisa bayar masuknya…gimana buat biaya selanjutnya ”

Aku cuma nyengir, tak terlalu peduli ” iya lah, gpp, ga usah diterusin ikut wawancara…lagi pula dedek tetep pengen ke ITB kok “.

Beres urusan.

Tapi, beberapa hari kemudian tiba tiba respon orang tua berubah, Bapak mengajak untuk meneruskan perjuangan wawancara ke Purwokerto. Entah kenapa, Bapak cuma bilang, ” hayu lah hajar…sekalian piknik…kita kan belum pernah ke Purwokerto. Urusan nanti disana, gimana nanti aja “.

Aku pun berangkat sama Bapak ke UNSOED Purwokerto.

Aku kesana cuma pakai kaos Karisma sama sandal jepit, Bapak juga cuma pakai kemeja sama jaket psikologimu, pakai sendal juga. Kita cuma bawa tas gendong berbekal ketupat dan gorengan dari Mamah. Naik Bis. Dan sempat kebingungan di Purwokerto karena gak tahu harus naek apa. Nanya ke teman2 malah disuruh pake taksi.

Wuih…orang2 yang datang kebanyakan pada turun dari mobil mengkilap, yang orangtuanya pada pake baju kemeja keren, ada yang berjas berdasi, wangi dan sepatu cling. Duduk2 ngobrol satu sama lain dengan mantap membicarakan karir masing2. Jam istirahat pada masuk restoran dan menginap di hotel, sementara Bapakku malah ngobrol sama tukang2 kuli bangunan yang lagi ngerenovasi RS Margono, istirahat makan bekel dipojokan sambil bau bis, pokoknya ngenes.

-teriris hatiku membayangkannya-

Anak2nya ada yg sibuk menghapal pelajaran, ada yang keringetan, ada yang pucat, ada yang dinasehatin terus sama ortunya. Aku sih nyante aja nyanyi nyanyi lagu p-man sambil menenangkan teman2ku..

Setiap anak yang keluar dari ruang wawancara, pasti mukanya pucat, malah ada yang nangis. Ga tau mereka diapain di dalem. Kalo aku sih cuma ditanya alasan masuk kedokteran, apa karena gengsi. Aku jawab aja boro2 kedokteran, bisa kuliah aja di desaku itu udah suatu gengsi.

Aku sama Bapak diwawancara di tempat berbeda. Waktu kutanya, Bapak cuma bilang tadi bapak menyanggupi bayar uang masuknya 10 juta.

Ah…sudahlah, habis wawancara aku sama Bapak langsung pulang. Dan aku gak mau mikirin itu lagi, ya udah aku kesini aja.

-adikku menyudahi ceritanya-

” Ya sudah, sana belajar ”

” Sist, hari ini pengumuman wawancara kemaren, lewat internet ”

” Ya udah sana ke warnet ”

” Tar sore aja lah pulang bimbel. Aku belajar dulu, hari ini ada TO ”

Fhuh…apanya yang belajar…malah maen HP.

” Sist…” Adikku terduduk, melotot. Aku kaget. ” Barusan temenku SMS ‘cha selamat ya, kamu lulus di FK UNSOED, dan cuma kamu sendiri yang lulus dari sekolah kita’ hah…masa sih, jangan2 ngerjain aku, cuma aku sendiri yang gak lulus ”

” Iya kali kebalik, masa kamu yang dapet. Ya udah kita ke warnet yuk ”

Singkat cerita, di layar komputer warnet memang cuma nama adikku yang belakangnya tertulis SMAN 1 Ciamis.

” Ya sudah, kamu catat pengumuman2 lanjutannya. Hari ini aku pulang ke Ciamis ngasih tau orangtua, kamu disini aja bimbel ” kataku.

Singkat cerita (juga) Aku pulang ke Ciamis dan mengabarkan hasil pengumuman kelulusan adikku. Orangtuaku yang ternyata udah dapat kabar SMS duluan dari adikku hanya bisa menangis, speechless.

Dengan bergetar Bapak ( yang biasanya diam ) berkata ” Ternyata bapak salah…dulu waktu kalian masih kecil selalu dinasehati supaya pinter, ternyata tak cukup menasehati anak untuk pinter…tapi orangtua juga harus kaya ”

Aku hanya bisa diam, hatiku makin teriris.

Setelah sore dan suasana agak tenang aku mencoba mengajak orangtua ngobrol santai, diawali dari cerita Bapak waktu wawancara di Purwokerto.

( Cerita Versi Bapak )

-Prolog cerita mirip dengan cerita adikku-

Waktu Bapak diwawancara, awalnya ditanya tentang pekerjaan dan kehidupan sehari hari juga tentang seputar keluarga.
Waktu ditanya tentang jumlah uang sumbangan yang akan diberikan, Bapak minta di tulis di kertas aja, malu nyebutnya.
Pas pewawancaranya lihat, sambil senyum, komentar ” gak salah tulis nih Pak ? mungkin kurang nulis nol-nya ”
Bapak cuma jawab ” Benar segitu Pak. Itu juga baru kesanggupan saya, kemampuannya mah gak tahu ”
Bapak waktu itu nulis 10.000.000, itu juga nulisnya berat, takut gak sanggup. Katanya yang lain kebanyakan diatas 100.

-hatiku nangis-

Ayahku juga menceritakan alasannya kenapa mau meneruskan wawancara tersebut.

Awalnya Bapak kaget waktu dedek cerita lolos tes kedokteran, ah kayaknya itu jauh buat Bapak.

Tapi dipikir lagi, si dedek sudah memuali perjuangannya, masa bapak memutusnya di tengah jalan, ya…setidaknya selesaikan prosesnya supaya tidak penasaran nanti.

Ya itung itung pengalaman dan pembelajaran juga.

Lagipula melihat si dedeknya yang sebelumnya tidak ada cita cita kesana dan diluar rencana, Bapak pikir jangan jangan Allah sedang menunjukkan jalan terbaik untuk dedek, ya kalaupun lulus mana mungkin Allah meninggalkan hambaNya begitu saja. Kalau Allah sudah membuka kan jalan…pasti disertai bekalnya juga.

Dan Alhamdulillah…ternyata lulus.

..
Aku benar benar speechless. Satu sisi aku masih melihat kegigihan semangat adikku untuk Astronomi-nya. Sisi lain aku melihat kebahagiaan dan kepasrahan orangtuaku.

Aku tak tega melukai harapan siapapun.

Mungkin Bapakku benar, saat ini ‘tangan’ Tuhan sedang bekerja untuk keluarga ini.

Dan aku memilih untuk ikut alur skenario Tuhan sajalah. Wait and see.

” Trus, siapa aja yang tahu kalo dedek masuk kedokteran ? ” tanyaku.

” Mamah sama Bapak belum cerita ke siapa2, malu ah, kan kemarin masih belum final, takut gak jadi, lagi pula sekarang di kita lagi heboh kabar si ** (salah satu sepupu jauhku) masuk kedokteran juga, katanya udah habis 150 juta. (dan ternyata kemudian hari ada kabar si ** gagal masuk FK) ” Kata Mamah ” Teman2 Mamah sih udah pada cerita anak2nya udah ada yang diterima di *P*, ada yang katanya udah ‘dititipkan’ ke dosen U**, kalau ada yang tanya mamah cuma bilang ‘Ersa juga udah keterima di STT Telkom dan ITS ”

Adikku memang sebelumnya masukkin PMDK juga ke STT Telkom dan ITS, dan nyangkut di Teknnik Industri dan Teknik Perkapalan.

***
Cerita selanjutnya adalah prosesi daftar ulang ( untunglah uang sumbangan yang 10 juta ittu bisa dicicil 3 kali bayar, SPP dan lain2nya cukup murah karena kampus negeri )

Kali ini aku yang bertugas mengantar adikku ke Purwokerto, sekalian mencari tempat kos. Lumayan sekalian refreshing jalan jalan.

Bangga juga rasanya berbaris di jalur daftar ulang FK ( adikku ngantri buat foto KTM ). Lebih bangga lagi ketika melihat berbagai respon para orangtua waktu mereka tanya berapa uang sumbangan kami. Ada yang kaget, takjub, terharu, sampai pasang tampang rugi (hehe). Malah ada seorang Ibu :
” Jurusan apa dek ? ”
” Kedokteran. ”
” Berapa sumbangannya ” (dengan mimik penuh selidik)
” 10 juta ”
Si Ibu tiba2 mencari2 lalu menyeret suaminya…
” Pak…pak…lihat, masa ini kedokteran cuma 10 juta.”
” Ah..masa. Kesehatan Masyarakat kali ” kata si Bapak sambil merebut map ku.
Ketika disitu memang tertulis ‘Pendidikan Dokter’ si bapak lunglai pasrah. Lalu si Ibunya woro2 ke yang lain.
” Dek, anak saya aja ngambil keperawatan 25 juta ”
Aku cuma senyum. ” Kan disesuaikan juga dengan kemampuannya. Orangtua saya mampunya cuma segini Bu. ”
Dalam hati ” salah sendiri pasang mahal2 ”
” Tapi kan ini kedokteran dek, saya tanya2 yang lain pada diatas 100. Kalo bisa dibawah 100 ya anak saya juga suruh pilih kedokteran ” Si Ibu keukeuh ga ridho.
” Wah kedokteran cuma 10 juta…pasti adeknya pinter banget ya ” Kata Ibu yang lain sambil ngelus2 kepalaku. Pinter….whueeekkk eh…amiiin.
” Itu karena punya orang dalam sih ” Kata seorang Bapak. Setahuku anak Bapak ini satu sekolah dengan adikku, pilih kedokteran juga tapi cuma lolos di farmasi. Begini ini nih mental tukang suap, yang keluar dari mulut seseorang itu tidak akan jauh dari pikirannya atau…kebiasaannya.
Dihina miskin bukan masalah buatku, tapi dituduh nyuap…PUNTEN !!! gimana punya orang dalam, orangtuaku cuma orang kampung yang miskin, Purwokerto dan UNSOED aja baru tahu.
Harga diriku terluka, pengen ku tonjok dan ku sparing si bapak itu, tapi tak mungkin.
” Kalo pake suap, harusnya lebih mahal dong Pak ” Jawabku. Dan si Bapak terus menerus ngoceh nuduh nyuap orang dalam.
Hatiku berteriak berdoa ” Beri dia pelajaran untuk ucapannya yang menyakitiku, Tuhan ”

***

Sejak daftar ulang dan udah sah tercatat sebagai mahasiswa FK UNSOED, barulah orangtuaku cerita ke saudara. Dan dalam sekejap berita itupun tersebar ke seantero kampung. Dan ternyata respon negatif yang lebih banyak diterima. Mulai dari ketidakpercayaan ” Halah..paling juga kursus2 kesehatan yang setahun dua tahun “, sampai kesangsian bisa terus sampai selesai ” emangnya kuliah kedokteran bisa gitu2 aja, orangtuanya harus yang punya perusahaan banyak ”

Bahkan dari pihak kerabatpun ada yang bilang ” Ngapain kuliah kedokteran kalau cuma di daerah, yang hebat tuh kalo masuk kedokteran UI. kalo didaerah paling cuma nemu penyakit batuk pilek. Kenapa sih, mau cari gengsi. Mendingan ke ST*N / ST*S, kuliah dapet uang saku, lulus langsung diangkat PNS dan di tempatkan ”

Intinya kebanyakan mencemooh dan mentertawakan…mari kita tonton si miskin sok gaya…mampu biayain sampe selesai gak…atau kandas di tengah jalan.

Sejak itu Aku, Orang tua dan adikku tak lagi cerita tentang kuliah adikku. Kebahagiaan dan kesulitan juga perjuangan kami hadapi bersama dalam diam. Hati tak luput berdoa ” Tuhan, kau yang telah membuka jalan ini, cukupkan bekalnya dengan kekuasaanmu !!! ”

***
Tengah semester pertama, adikku mengabarkan bahwa ada beasiswa dari DIKTI sampai lulus bahkan dapat uang buku Rp. 800.000/bln, tapi harus ada surat rekomendasi dari pemerintah / bupati daerah masing2 dan perjanjian jika sudah lulus harus dinas di daerah masing2 kecuali untuk yang mau melanjutkan kuliah lanjutan.

Akhirnya aku bolak balik Bandung – Cimis – Purwokerto mengurus beasiswa itu. Tak mau cerita panjang lebar aku tentang prosesnya, You knowlah bagaimana ribet dan menyebalkannya birokrasi kita, lempar sana sini, sok jual mahal. Tapi aku tetap memegang prinsip ‘no uang rokok, uang kertas, uang terima kasih’. Hidup yang normal dan wajar sajalah…biar berkah. (Kadang yang staf ecek2nya itu yang nyebelin, kalo udah ketemu atasannya malah urusan jadi simpel)

Intinya…orangtua cukup bisa berlega hati cukup memikirkan bayar kost dan bulanan alakadarnya…itupun kalau ada. Malah dari beasiswanya adikku bisa membeli HP, membelikan ayah laptop, dan membelikan boneka2 lucu buat ponakannya (anakku,red)

Dan lebih lega lagi orangtuaku karena semua penantian itu lunas sudah.

Hari ini, 20 September 2011 adikku ERSA MASRUROH si dokter 10 juta resmi wisuda S.ked.

Semoga perjalanan ke depannya Tuhan lancarkan dengan penuh keberkahan.
(kini sedang menjalani koas, dengan beasiswa juga)

-Tulisan ini isinya tak seberapa jika dibandingkan dengan hebatnya teman2ku yang FK UI, UGM atau kampus2 besar lainnya.

Tak sebanding dengan kepintaran yang lulus lewat SPMB tanpa harus keluar uang sumbangan yang memusingkan.

Apalagi dibandingkan dengan kisah seorang dokter putra dari seorang tukang becak yang dapat beasiswa di FK UGM yang akhir2 ini ramai jadi sorotan.

Adikku memang tak sehebat mereka, tak sejenius mereka.

Tapi perjalanan ini benar2 berkah bagi keluarga kami. Berkah dan rizki atas nama Maha Pemurah dan Pengasihnya Tuhan.

Semoga Adikku dan kami sekeluarga bisa mensyukurinya dan manfaat barakah bagi umat manusia

Bagaimanapun…adikku adalah dokter pertama dari desaku.

(tentang SPMBnya, nama adikku tak tercantum di koran, penyebabnya : pilihan konyol ber-bunuh diri, pilihan 1 : FK-UI, pilihan 2 : STEI-ITB hehehehe)

-baca juga http://chapurple.wordpress.com/2009/04/16/aku-dan-hidup-yang-tak-terduga-yang-aku-jalani-sekarangpart2/

Categories: sekitarku
  1. 20 October 2011 at 6:03 AM

    kereeennnn… ^^

    • Imas Muhimmah Afrendy
      13 November 2011 at 7:04 AM

      makasih mba niken. doakan smg adik sy bs amanah dgn profesinya

  2. 8 June 2013 at 12:39 PM

    teh salam kenal ya. saya nyasar ke blog ini. karna dari awal bagian pertama seru,berlanjutlah kesini. saya baca sampe nangis ni, hidung kesumbat segala. salut buat kalian berempat. cerita ini sungguh menginspirasi 🙂 salam buat dedeknya, mamah sareng bapak 🙂

    • Imas Muhimmah Afrendy
      8 June 2013 at 1:31 PM

      Salam kenal juga ‘neng’…dari jember ya ? saya juga sempat main ke jember sekali…ada budhe dari suami yg tinggal disana…jalan kaki keliling2 maen ke alun2, ke Universitas Jember, waktu itu pas lagi pembukaan pizzahut jember…hehehe…udah lama sekali.

  3. akbar
    23 July 2015 at 5:20 PM

    keren coba saya bisa kaya gitu ya. hebat anget menurut saya bisamembuktikan

  1. No trackbacks yet.

Leave a comment